Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 25 Oktober 2013

ragam bahasa indonesia farida

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Manusia telah ditakdirkan satu sama lain memerlukan pertolongan untuk memelihara meningkatkan, dan mempertahankan kehidupannya. Pertolongan itu pertama-tama diperoleh dengan bantuan bahasa. Andaikata manusia hidup seorang diri, tidak  berkeluarga, tidak mempunyai sahabat, kenalan, pendek kata tidak ada masyarakat, tidak akan ada bahasa. Karena  masyarakat bersifat kompleks maka tidak ada satu bahasapun di dunia yang seragam sifatnya.Demikian pula Indonesia, yang terdiri atas beribu-ribu pulau, yang dihuni oleh ratusan suku bangsa dengan pola kebudayaan sendiri-sendiri, pasti melahirkan berbagai ragam bahasa yang bermacam-macam. Apalagi, bahasa Indonesia adalah bahasa yang hidup dan terbuka. Terbuka terhadap segala masukan, baik dari unsur bahasa asing atau daerah, baik secara kolektif atai individu. Ditambah dengan latar daerah,sosial budaya, lingkungan serta keilmuan yang berbeda dari penuturnya, maka produk bahasa yang dihasilkan pun sangat bervariasi atau beragam. Namun perlu diingat, ragam bahasa yang beraneka ragam itu masih disebut bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan, karena lebih banyak  digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan mengobrol,berpuisi,pidato, ceramah dll.
Pidato sering digunakan dalam acara-acara resmi. Misalnya pidato presiden, pidato dari ketua OSIS, ataupun pidato dari Pembina upacara. Sistematika dalam pidato hendaklah dipahami betul-betul. Akhir pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah yang benar. Pidato sama halnya dengan ceramah. Hanya saja ceramah lebih membahas tentang keagamaan. Kalau pidato lebih umum dan bisa digunakan dalam banyak acara.
B.  Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Pengertian ragam bahasa.
2. Macam-macam ragam bahasa.
3. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media.
4. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur.
5. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan.
C.  Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam bahasa serta macam-macam ragam dan bahasa ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untu menghasilkan bahasa dan agar semua orang dapat terampil dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.


BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Ragam Bahasa
     Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemkaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan dikalangan terdidik, didalam karya ilmiah (karangan teknis,perundang-undangan) , didalam suasana resmi, atau didalam surat-menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
     Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tidak baku.
Klasifikasi Ragam Bahasa Indonesia
          Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1998) dikemukakan bebrapa penggolongan ragam bahasa. Pertama, ragam menurut golongan penutur bahasa dan ragam menurut jenis pemakaian bahasa. Ragam yang ditinjau dari sudut pandangan penutur terdiri atas :
1.    Ragam daerah;
2.    Ragam pendidikan; dan
3.    Sikap penutur.
Ragam daerah dikenal dengan nama logat atau dialek. Logat daerah kentaa karena tata bunyinya. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, intonasi, panjang-pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.
Ragam pendidikan dapat dibagi atas ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku (ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku akan diuraikan secara khusus).
Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing pada asasnya tersedia bagi tiap-tiap pemakai bahasa. Ragam ini biasa disebut langgam atau gaya. Langgam atau gaya yang dipakai oleh penutur bergantung pada sikap penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau terhadap pembacanya.Sikap penutur dipengaruhi oleh antara lain oleh umur dan kedudukan yang disapa, pokok perspalan yang hendak disampaikannya, dan tujuan penyampaian informasinya. Perbedaan berbagai gaya itu tercermin dalam kosakata dan tata bahasa (Depdikbud,1988)
Ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya dapat diperinci atas :
(1) ragam bahasa dari sudut pandangan bidang atau pokok persoalan
(2) ragam menurut sarannya, dan
(3) ragam yang mengalami gangguan pencampuran.
      Ragam dari sudut pandangan bidang atau pokok persoalan mengandung maksud bahwa ragam bahasa antara bidang tertentu dan bidang yang lain atau pokok persoalan tertentu dengan pokok persoalan yang adalah berbeda. Misalnya, ragam bahasa dalam bidang agama berbeda dengan bidang politik. Perbedaan tersebut terutama dalam hal istilah atau ungkapan khusus.
   Ragam bahasa menurut sarannya terdiri atas :
(1) ragam lisan, dan
(2) ragam tulisan
      Makna ragam lisan diperjelas dengan intonasi yaitu : tekanan, nada tempo suara, dan perhentian. Sedangkan penggunaan ragam tulisan dipengaruhi oleh bentuk, pola kalimat, dan tanda baca.
Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku
      Ragam bahasa yang dianggap memiliki gengsi dan wibawa yang tinggi adalah ragam bahasa orang yang berpendidikan. Karena, ragam orang yang berpendidikan kaidah-kaidahnya paling lengkap diurakan jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Oleh karena itulah sehingga ragam tersebut dijadikan tolak ukur bagi pemkaian bahasa yang benar ata bahasa yang baku. Ragam bahasa baku menggunakan kaidah bahasa yang lebih lengkap dibandingkan dengan ragam bahasa yang tidak baku. Adapun cirri ragam baku adalah sebagai berikut.
(1)  Memiliki sifat kemantapan dinamis. Bahasa baku harus memiliki kaidah dan aturan yang relatif tetap dan luwes. Bahasa baku tidak dapat berubah setiap saat.
(2)  Kecendekiaan. Kecendekiaan berarti bahwa bahasa baku sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di berbagai ilmu dan teknologi, dan bahasa baku dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal.
(3)  Keseragaman kaidah. Keseragaman kaidah adalah keseragaman aturan atau norma. Tetapi, keseragaman bukan berarti penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman variasi bahasa (Depdikbud 1988)
          Proses pembakuan bahasa terjadi karena keperluan komunikasi. Dalam proses pembakuan bahasa atau standardisasi itu salah satu variasi pemakaian bahasa dibakukan untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu yang variasi itu disebut bahasa baku atau bahasa standar. Namun perlu diingat, dengan adanya pembakuan bahasa atau bahasa Indonesia yang baku, bahasa Indonesia yang tidak baku tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya dalam komunikasi.Dengan demikian, pembakuan tidak bermaksud untuk mematikan variasi-variasi bahasa tidak baku.
          Umumnya orang-orang pasti sudah mengetahui bahwa ragam tidak baku banyak mengandung unsure-unsur dialek dan bahasa daerah sehingga ragam bahasa tidak baku banyak sekali variasinya. Selain dialek, ragam bahasa tidak baku juga bervariasi dalam hal lafal atau pengucapan, kosakata, struktur kaliamat dan sebagainya. Untuk mengatasi keanekaragaman pemakaian bahasa yang merupakan variasi dari bahasa tidak baku maka diperlukan bahasa bahasa baku atau bahasa standar. Mengapa? Karena bahasa baku tidak hanya ditandai oleh keseragaman dan ketunggalan cirri-cirinya tetapi juga ditandai oleh keseragaman dan ketunggalan fungsi-fungsinya.
          Pada situasi komunikasi bagaimanakah kita harus menggunakan bahasa Indonesia baku ? Kridalakasana (1978) mengatakan bahwa bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang dipegunakan dalam :
(a)  Komunikasi resmi. yakni surat-menyurat resmi , pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, penamaan dan peristiahan resmi, perundang-undangan, dan sebagainya (ingat kembali fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi).
(b)  Wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karangan ilmiah.
(c)  Pembicaraan di depan umum yakni dalam ceramah,kuliah,khotbah; dan
(d) Pembicaraan dengan orang yang dihormati yakni orang yang lebih tua, lebih tinggi status sosialnya dan orang yang baru dikenal.
                    Bagaimanakah ciri struktur (unsure-unsur) bahasa Indonesia yag baku ? Ciri sturuktur (unsure-unsur) bahasa Indonesia baku diuraikan satu persatu seperti berikut.
a.    Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku                             Bahasa Indonesia Tidak Baku
-  Ahmad melempar mangga yang           - Ahmad lempar mangga yang
   ada di depan rumahnya.                               ada didepan rumahnya.
- Hama wereng menyerang padi petani   - Hama wereng serang padi yang
  sudah mulai menguning.                         petani yang sudah  mulai
                                                                        menguning.
- Anak itu sudah mampu berjalan            - Anak itu sudah mampu jalan
  walaupun masih tertatih-tatih                walaupun masih tertatih-tatih
- Kuliah sudah berjalan dengan lancar      - Kuliah sudah jalan dengan
                                                              lancar
b.    Pemakaian fungsi gramatikal (subyek,predikat, dan sebagainya secara eksplisit dan konsisten)
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku                             Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Direktur perusahan itu pergi ke luar                          - Direktur perusahaan itu ke luar
  negeri.                                                            negeri.

c.    Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secra eksplisit dan konsisten (pemakaian kata penghubung secara tepat dan ajeg)
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku                             Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Ia tahu bahwa anaknya tidak lulus                            - Ia tahu anaknya tidak lulus
- Ia tidak percaya kepada semua orang,             - Ia tidak percaya kepada semua
 karena tidak semua orang jujur.                          orang, tidak setiap orang jujur.

d.   Pemakaian pola frase verbal aspek   +  agen   +  verba  (bila ada) secra konsisten (penggunaan urutan kata yang tepat)
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku                             Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Maksud anda sudah saya pahami                              - Maksud Anda saya sudah
                                                                        pahami
- Kiriman itu telah kami terima                         - Kiriman itu kami telah terima
- Pot bunga itu akan kamu simpan dimana?                 - Pot bunga itu kamu akan
                                                                         simpan dimana?
e.    Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analistis)
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku                                 Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Ia memberitahukan bahwa besok ada              - Ia kasi tahu bahwa besok ada
  pertemuan di sekolah                                        pertemuan di sekolah
- Ia selalu membantu siswa membersihkan                   - Ia selalu membantu siswa bikin bersih kelas sebelum pembelajaran dimulai.          
Kelas bersih sebelum
                                                                       pembelajaran dimulai
- Menurut mereka, pendidikan itu penting                   - Menurut dia orang, pendidikan
                                                                         itu penting.
- Berapa harganya?                                          - Berapa dia punya harga?

f.     Pemakaian partikel kah, lah dan pun secara konsisten
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku                                  Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Bagaimanakah memakai itu?                           - Bagaimana cara pakai alat itu?

g.    Pemakaian preposisi yang tepat
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku                             Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Ia mengirim surat ke pada saya.                      - Ia mengirim surat ke saya.
- Buku ini ada pada saya.                                 - Buku itu ada di saya.
- Anak itu pergi ke sekolah dengan temannya.   - Anak itu pergi ke sekolah sama
                                                                        
temannya.

h.    Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut fungsi dan tempatnya.
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku                             Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Semua siswa diharapkan masuk                       - Semua siswa-siswa diharap-kan
  ke kelas Atau Siswa-siswa diharapkan                masuk ke kelas.               
  masuk ke kelas.
- Mereka itu.                                                   - Mereka-mereka itu.
- Mereka tendang-menendang.                         - Mereka saling tendang-
                                                                        menendang.
- Suatu titik pertemuan atau titi pertemuan.                - Suatu titik-titik pertemuan.

i.     Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menanadai bahasa Indonesia baku
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku                             Bahasa Indonesia Tidak Baku
-
Hari ini saya tidak dapat mengikut                            - Ini hari saya tidak dapat
 pertemuan.                                                     
mengikuti pertemuan.
- Anda dipanggil oleh kepala sekolah.              - Situ dipanggil kepala sekolah.
- Dia mengatakan bahwa hari ini libur.              - Dia bilang bahwa hari ini libur.
- Kepala sekolah memberi  pengarahan             - Kepala sekolah kasih
 
kepada semua siswa.                                                pengarahan kepada semua
                                                                        siswa.
- Ia berbuat begitu sangat sayang kepada                     - Ia bernuat gitu karena sangat
  adiknya                                                         sayang kepada adiknya.
- Bagaimana cara belajar yang baik?                            - Gimana cara belajar yang baik?

j.     Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD)
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku                             Bahasa Indonesia Tidak Baku
-
mesti                                                                      - musti
- mungkin                                                        - mungking atau mumkin
- panitia                                                          - panitiya
- pihak                                                                      - fihak
- asas                                                              - azas atau azaz
- teladan                                                         - tauladan
- hewan                                                          - khewan
- dipukul                                                         - di pukul
- tradisional                                                     - tradisionil
- universal                                                       - universil

k.    Pemakaian perisitilahan resmi
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku                             Bahasa Indonesia Tidak Baku
- acak                                                              - random
- sahih                                                             - valid
- tataran                                                          - level
- perangkat                                                      - set
- masukan                                                       - input
- keluaran                                                        - output
- cendera mata                                                          - tanda mata
- peringkat                                                      - ranking
- kawasan                                                        - arena

l.     Pemakaian kaidah yang baku
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku                             Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Hal itu sudah kita pahami                              - Hal itu sudah dipahami oleh kita
- Ibu membelikan buku adik                                       - Ibu membelikan adik buku
- Naik sepeda harap turun!                              
- Pengendara sepeda diharap
                                                                        turun.
Ragam Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan
     Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1998) dinyatakan ada dua perbedaan yang mencolok mata yang dapat diamati antara ragam bahasa tulis dengan ragam bahasa lisan, yaitu berhubungan dengan : (1) suasana peristiwanya, dan (2) dari segi intonasi.
a. Dari segi suasana peristiwa
      Jika menggunakan bahasa tulisan tentu saja orang yang diajak berbahasa tidak ada dihadapan kita. Olehnya itu, bahasa yang digunkan perlu lebih jelas, karena ujaran kita tidak dapat disertai dengan isyarat, pandangan, atau anggukan, tanda penegsan di pihak kita atau pemahaman di pihak pendengar kita. Itulah sebabnya kalimat dalam ragam tulis harus lebih cermat. Fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, objek, dan hubungan antara setiap fungsi itu harus nyata dan erat. Sedangkan dalam bahasa lisan, karena pembicara berhadapan langsung dengan pendengar, unsur (subjek-predikat-objek) kadangkala dapat diabaikan.Maka, jika ingin menjadi orang yang cermat dalam berbahasa perlu menyadari bahwa kalimat yang Anda tulis berlainan dengan kalimat yang Anda ujarkan karena bahasa tulis dapat dikaji dan dibaca oleh pembaca secara langsung dan berulang-ulang. Oleh sebab itu, dalam menulis kalimat harus lebih lengkap,ringkas, jelas dan elok. Jika diperlukan, tulisan perlu disunting beberapa kali agar dapat dihasilkan tulisan yang betul-betul komunikatif bagi pembaca.
b. Dari segi intonasi
      Yang membedakan bahasa lisan dan tulisan adalah berkaitan dengan intonasi (panjang pendeknya suara/tempo, tingg- rendah suara/nada, keras lembut suara/tekanan) yang sulut dilambangkan dalam ejaan dan tanda baca serta tata tulis yang dimiliki.Jadi, kadangkala bahasa tulisan perlu dirumuskan kembali jika ingin menyampaikan perasaan yang sama lengkapnya dengan ungkpan perasaan dalam bahasa lisan. Walaupun ragam bahasa tulis lebih rumit namun demikian ragam ini mempunya keistimewaan yang tidak dimiliki bahasa lisan seperti dimungkinkannya penggunaan huruf kapital, huruf miring dan tanda kutip,paragraf atau tanda-tanda baca lainnya.
      Goeller (1980) mengemukakan bahwa ada tiga karakteristik bahasa tulisan yaitu acuracy, brevety, clarity (ABC).
(a) Acuracy (akurat) adalah segala informasi atau gagasan yang dituliskan dapat
      memberi keyakinan bagi pembaca bahwa hal tersebut masuk akal atau logis.
      Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui keakuratan tulisan adalah
      sebagai berikut :
A.   Apakah tulisan saya tidak menyampaikan gagasan yang berlebihan?
B.   Apakah saya telah memikirkan secra cermat gagasan yang ada dalam tulisan ini?
C.   Apakan saya telah mencek keseluruhan tulisan ini sehingga tidak ada yang keliru?
(b) Brevety (ringkas) yang berarti gagasan tertulis yang disampaikan bersifat singkat
      karena tidak menggunakan kata yang mubazir dan berulang, seluruh kata yang
      digunakan dalam kalimat ada fungsinya.
Contoh :
Tidak Ringkas
      Untuk memenuhi kekurangan  ikan perlu ada peningkatan produksi dengan jalan
      meningkat-kan usaha penangkapan ikan segar supay kekurangan sebut dapat
      dipenuhi.
Ringkas
      Untuk memenuhi kekurangan ikan, perlu peningkatan produksi melalui
      penangkapan.
      Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui keringkasan tulisan adalah
      sebagai berikut :
      - Apakah saya telah menggunakan cara tersingkat dalam menyampaikan gagasan
      dan pembaca dapat memahaminya dengan baik?
      - Apakah ada kata-kata yang bisa dibuang tanpa mempengaruhi keutuhan makna
      kalimat?
(c) Claryty (jelas) adalah tulisan itu mudah dipahami, alur pikirannya mudah diikuti oleh pembaca. Tidak menimbulkan salah tafsir bagi pembaca.
Contoh :
                    Tidak Ringkas                                                 Ringkas
Siapa yang mengusutkan persoalan itu?                       Persoalan itu diusut oleh siapa ?
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengetahui kejelasan tulisan adalah :
-        Apakah saya sendiri mengerti dengan baik tulisan saya?
-        Apakah saya telah memilih kata dan menyusun kalimat dengan cermat
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
      Berbahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan tempat-tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan bicara, dan sesuai topik pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu perlu beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa.
      Adapun berbahasa Indonesia yang benar adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain, pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dilakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar atau betul.
      Jadi, terkadang kita menggunakan bahasa yang baik, artinya tepat, tetapi tidak termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, terkadang pula mungkin kita menggunakan bahasa yang benar yang penerapannya tidak baik karena situasi mensyaratkan ragam bahasa yang baku. Maka anjuran agar kita “berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” , sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran (Depdikbud, 1988) 

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemkaian, yang
berbeda-beda menurut topic yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
          Pada ragam bahasa baku tulis, dihapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik & benar serta menggunakan bahasa yang telah disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata yang sopan sebagaimana pedoman yang ada.
B.  Saran
Sebagai warga Indonesia, sudah seharusnya kita semua mempelajari ragam bahasa yang kita miliki, kemudian mempelajari dan mengambil hal-hal yang baik, yang dapat kita amalkan dan kita pakai untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
·       Alwi, Hasan,dkk.1998. Tata Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga .Jakarta : Balai Pustaka.
·       Effendi,S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta : Pustaka Jaya.
·       Sabariyanto, Dirgo. 1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan kalimat dalam bahasa Indonesia.Yogyakarta : Mitra Gama Widya
·        Faisal,M,dkk.2009. Kajian Bahasa Indonesia SD 3 SKS.Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

1 komentar:

  1. Artikel yang sangat bermanfaat sekali untuk putra putri harapan bangsa indonseia.
    visit me on Materi Kuliah Bahasa Indonesia

    BalasHapus

 

Blogger news

Blogroll

About