Jumat, 25 Oktober 2013
ragam bahasa indonesia farida
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia telah ditakdirkan satu sama
lain memerlukan pertolongan untuk memelihara meningkatkan, dan mempertahankan
kehidupannya. Pertolongan itu pertama-tama diperoleh dengan bantuan bahasa.
Andaikata manusia hidup seorang diri, tidak
berkeluarga, tidak mempunyai sahabat, kenalan, pendek kata tidak ada
masyarakat, tidak akan ada bahasa. Karena
masyarakat bersifat kompleks maka tidak ada satu bahasapun di dunia yang
seragam sifatnya.Demikian pula Indonesia, yang terdiri atas beribu-ribu pulau,
yang dihuni oleh ratusan suku bangsa dengan pola kebudayaan sendiri-sendiri,
pasti melahirkan berbagai ragam bahasa yang bermacam-macam. Apalagi, bahasa
Indonesia adalah bahasa yang hidup dan terbuka. Terbuka terhadap segala masukan,
baik dari unsur bahasa asing atau daerah, baik secara kolektif atai individu.
Ditambah dengan latar daerah,sosial budaya, lingkungan serta keilmuan yang
berbeda dari penuturnya, maka produk bahasa yang dihasilkan pun sangat
bervariasi atau beragam. Namun perlu diingat, ragam bahasa yang beraneka ragam
itu masih disebut bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh
semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua
warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa
Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa merupakan
variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada
ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan,
karena lebih banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalkan mengobrol,berpuisi,pidato, ceramah dll.
Pidato sering digunakan dalam
acara-acara resmi. Misalnya pidato presiden, pidato dari ketua OSIS, ataupun
pidato dari Pembina upacara. Sistematika dalam pidato hendaklah dipahami
betul-betul. Akhir pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah yang benar.
Pidato sama halnya dengan ceramah. Hanya saja ceramah lebih membahas tentang
keagamaan. Kalau pidato lebih umum dan bisa digunakan dalam banyak acara.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Pengertian ragam bahasa.
2. Macam-macam ragam bahasa.
3. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media.
4. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur.
5. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan.
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Pengertian ragam bahasa.
2. Macam-macam ragam bahasa.
3. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan media.
4. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur.
5. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan.
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam bahasa serta macam-macam ragam dan
bahasa ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untu menghasilkan bahasa
dan agar semua orang dapat terampil dalam menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Pengertian Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut
pemkaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, lawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara
(Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang
baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan dikalangan terdidik,
didalam karya ilmiah (karangan teknis,perundang-undangan) , didalam suasana
resmi, atau didalam surat-menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam
bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa
sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok yaitu
masalah penggunaan bahasa baku dan tidak baku.
Klasifikasi Ragam Bahasa Indonesia
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia (1998) dikemukakan bebrapa penggolongan ragam bahasa. Pertama, ragam
menurut golongan penutur bahasa dan ragam menurut jenis pemakaian bahasa. Ragam
yang ditinjau dari sudut pandangan penutur terdiri atas :
1. Ragam daerah;
2. Ragam pendidikan; dan
3. Sikap penutur.
Ragam
daerah dikenal dengan nama logat atau dialek. Logat daerah kentaa
karena tata bunyinya. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, intonasi,
panjang-pendeknya bunyi bahasa membangun aksen
yang berbeda-beda.
Ragam pendidikan dapat dibagi atas ragam
bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku (ragam bahasa baku dan ragam bahasa
tidak baku akan diuraikan secara khusus).
Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak
bahasa Indonesia yang masing-masing pada asasnya tersedia bagi tiap-tiap
pemakai bahasa. Ragam ini biasa disebut langgam atau gaya. Langgam atau gaya
yang dipakai oleh penutur bergantung pada sikap penutur terhadap orang yang
diajak berbicara atau terhadap pembacanya.Sikap penutur dipengaruhi oleh antara
lain oleh umur dan kedudukan yang disapa, pokok perspalan yang hendak disampaikannya,
dan tujuan penyampaian informasinya. Perbedaan berbagai gaya itu tercermin
dalam kosakata dan tata bahasa (Depdikbud,1988)
Ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya
dapat diperinci atas :
(1) ragam bahasa dari sudut pandangan bidang atau pokok persoalan
(2) ragam menurut sarannya, dan
(3) ragam yang mengalami gangguan pencampuran.
(1) ragam bahasa dari sudut pandangan bidang atau pokok persoalan
(2) ragam menurut sarannya, dan
(3) ragam yang mengalami gangguan pencampuran.
Ragam dari sudut pandangan bidang atau
pokok persoalan mengandung maksud bahwa ragam bahasa antara bidang tertentu dan
bidang yang lain atau pokok persoalan tertentu dengan pokok persoalan yang
adalah berbeda. Misalnya, ragam bahasa dalam bidang agama berbeda dengan bidang
politik. Perbedaan tersebut terutama dalam hal istilah atau ungkapan khusus.
Ragam
bahasa menurut sarannya terdiri atas :
(1) ragam lisan, dan
(2) ragam tulisan
(1) ragam lisan, dan
(2) ragam tulisan
Makna
ragam lisan diperjelas dengan intonasi yaitu : tekanan, nada tempo suara, dan
perhentian. Sedangkan penggunaan ragam tulisan dipengaruhi oleh bentuk, pola
kalimat, dan tanda baca.
Ragam
Bahasa Baku dan Tidak Baku
Ragam
bahasa yang dianggap memiliki gengsi dan wibawa yang tinggi adalah ragam bahasa
orang yang berpendidikan. Karena, ragam orang yang berpendidikan
kaidah-kaidahnya paling lengkap diurakan jika dibandingkan dengan ragam bahasa
yang lain. Oleh karena itulah sehingga ragam tersebut dijadikan tolak ukur bagi
pemkaian bahasa yang benar ata bahasa yang baku. Ragam bahasa baku menggunakan
kaidah bahasa yang lebih lengkap dibandingkan dengan ragam bahasa yang tidak
baku. Adapun cirri ragam baku adalah sebagai berikut.
(1)
Memiliki
sifat kemantapan dinamis. Bahasa baku
harus memiliki kaidah dan aturan yang relatif tetap dan luwes. Bahasa baku
tidak dapat berubah setiap saat.
(2) Kecendekiaan.
Kecendekiaan berarti bahwa bahasa baku sanggup mengungkapkan proses pemikiran
yang rumit di berbagai ilmu dan teknologi, dan bahasa baku dapat mengungkapkan
penalaran atau pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal.
(3) Keseragaman
kaidah. Keseragaman kaidah adalah keseragaman
aturan atau norma. Tetapi, keseragaman bukan berarti penyamaan ragam bahasa
atau penyeragaman variasi bahasa (Depdikbud 1988)
Proses
pembakuan bahasa terjadi karena keperluan komunikasi. Dalam proses pembakuan
bahasa atau standardisasi itu salah satu variasi pemakaian bahasa dibakukan
untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu yang variasi itu disebut bahasa baku
atau bahasa standar. Namun perlu diingat, dengan adanya pembakuan bahasa atau
bahasa Indonesia yang baku, bahasa Indonesia yang tidak baku tetap hidup dan
berkembang sesuai dengan fungsinya dalam komunikasi.Dengan demikian, pembakuan
tidak bermaksud untuk mematikan variasi-variasi bahasa tidak baku.
Umumnya orang-orang pasti sudah
mengetahui bahwa ragam tidak baku banyak mengandung unsure-unsur dialek dan
bahasa daerah sehingga ragam bahasa tidak baku banyak sekali variasinya. Selain
dialek, ragam bahasa tidak baku juga bervariasi dalam hal lafal atau
pengucapan, kosakata, struktur kaliamat dan sebagainya. Untuk mengatasi
keanekaragaman pemakaian bahasa yang merupakan variasi dari bahasa tidak baku
maka diperlukan bahasa bahasa baku atau bahasa standar. Mengapa? Karena bahasa
baku tidak hanya ditandai oleh keseragaman dan ketunggalan cirri-cirinya tetapi
juga ditandai oleh keseragaman dan ketunggalan fungsi-fungsinya.
Pada situasi komunikasi bagaimanakah
kita harus menggunakan bahasa Indonesia baku ? Kridalakasana (1978) mengatakan
bahwa bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang dipegunakan dalam :
(a) Komunikasi resmi. yakni surat-menyurat
resmi , pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, penamaan
dan peristiahan resmi, perundang-undangan, dan sebagainya (ingat kembali fungsi
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi).
(b) Wacana teknis, yakni dalam laporan resmi
dan karangan ilmiah.
(c) Pembicaraan di depan umum yakni dalam
ceramah,kuliah,khotbah; dan
(d) Pembicaraan dengan orang yang dihormati
yakni orang yang lebih tua, lebih tinggi status sosialnya dan orang yang baru
dikenal.
Bagaimanakah ciri struktur
(unsure-unsur) bahasa Indonesia yag baku ? Ciri sturuktur (unsure-unsur) bahasa
Indonesia baku diuraikan satu persatu seperti berikut.
a. Pemakaian awalan me- dan ber-
(bila ada) secara eksplisit dan konsisten
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Ahmad melempar mangga yang - Ahmad lempar mangga yang
ada di depan rumahnya. ada didepan rumahnya.
- Hama wereng menyerang padi petani - Hama wereng serang padi yang
sudah mulai menguning. petani yang sudah mulai
menguning.
- Anak itu sudah mampu berjalan - Anak itu sudah mampu jalan
walaupun masih tertatih-tatih walaupun masih tertatih-tatih
- Kuliah sudah berjalan dengan lancar - Kuliah sudah jalan dengan
lancar
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Ahmad melempar mangga yang - Ahmad lempar mangga yang
ada di depan rumahnya. ada didepan rumahnya.
- Hama wereng menyerang padi petani - Hama wereng serang padi yang
sudah mulai menguning. petani yang sudah mulai
menguning.
- Anak itu sudah mampu berjalan - Anak itu sudah mampu jalan
walaupun masih tertatih-tatih walaupun masih tertatih-tatih
- Kuliah sudah berjalan dengan lancar - Kuliah sudah jalan dengan
lancar
b. Pemakaian fungsi gramatikal
(subyek,predikat, dan sebagainya secara eksplisit dan konsisten)
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Direktur perusahan itu pergi ke luar - Direktur perusahaan itu ke luar
negeri. negeri.
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Direktur perusahan itu pergi ke luar - Direktur perusahaan itu ke luar
negeri. negeri.
c. Pemakaian
fungsi bahwa dan karena (bila ada) secra eksplisit dan konsisten
(pemakaian kata penghubung secara tepat dan ajeg)
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Ia tahu bahwa anaknya tidak lulus - Ia tahu anaknya tidak lulus
- Ia tidak percaya kepada semua orang, - Ia tidak percaya kepada semua
karena tidak semua orang jujur. orang, tidak setiap orang jujur.
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Ia tahu bahwa anaknya tidak lulus - Ia tahu anaknya tidak lulus
- Ia tidak percaya kepada semua orang, - Ia tidak percaya kepada semua
karena tidak semua orang jujur. orang, tidak setiap orang jujur.
d. Pemakaian pola frase verbal aspek +
agen + verba
(bila ada) secra konsisten (penggunaan urutan kata yang tepat)
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Maksud anda sudah saya pahami - Maksud Anda saya sudah
pahami
- Kiriman itu telah kami terima - Kiriman itu kami telah terima
- Pot bunga itu akan kamu simpan dimana? - Pot bunga itu kamu akan
simpan dimana?
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Maksud anda sudah saya pahami - Maksud Anda saya sudah
pahami
- Kiriman itu telah kami terima - Kiriman itu kami telah terima
- Pot bunga itu akan kamu simpan dimana? - Pot bunga itu kamu akan
simpan dimana?
e. Pemakaian
konstruksi sintesis (lawan analistis)
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Ia memberitahukan bahwa besok ada - Ia kasi tahu bahwa besok ada
pertemuan di sekolah pertemuan di sekolah
- Ia selalu membantu siswa membersihkan - Ia selalu membantu siswa bikin bersih kelas sebelum pembelajaran dimulai. Kelas bersih sebelum
pembelajaran dimulai
- Menurut mereka, pendidikan itu penting - Menurut dia orang, pendidikan
itu penting.
- Berapa harganya? - Berapa dia punya harga?
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Ia memberitahukan bahwa besok ada - Ia kasi tahu bahwa besok ada
pertemuan di sekolah pertemuan di sekolah
- Ia selalu membantu siswa membersihkan - Ia selalu membantu siswa bikin bersih kelas sebelum pembelajaran dimulai. Kelas bersih sebelum
pembelajaran dimulai
- Menurut mereka, pendidikan itu penting - Menurut dia orang, pendidikan
itu penting.
- Berapa harganya? - Berapa dia punya harga?
f. Pemakaian partikel kah, lah dan pun
secara konsisten
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Bagaimanakah memakai itu? - Bagaimana cara pakai alat itu?
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Bagaimanakah memakai itu? - Bagaimana cara pakai alat itu?
g. Pemakaian preposisi yang tepat
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Ia mengirim surat ke pada saya. - Ia mengirim surat ke saya.
- Buku ini ada pada saya. - Buku itu ada di saya.
- Anak itu pergi ke sekolah dengan temannya. - Anak itu pergi ke sekolah sama
temannya.
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Ia mengirim surat ke pada saya. - Ia mengirim surat ke saya.
- Buku ini ada pada saya. - Buku itu ada di saya.
- Anak itu pergi ke sekolah dengan temannya. - Anak itu pergi ke sekolah sama
temannya.
h. Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut
fungsi dan tempatnya.
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Semua siswa diharapkan masuk - Semua siswa-siswa diharap-kan
ke kelas Atau Siswa-siswa diharapkan masuk ke kelas.
masuk ke kelas.
- Mereka itu. - Mereka-mereka itu.
- Mereka tendang-menendang. - Mereka saling tendang-
menendang.
- Suatu titik pertemuan atau titi pertemuan. - Suatu titik-titik pertemuan.
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Semua siswa diharapkan masuk - Semua siswa-siswa diharap-kan
ke kelas Atau Siswa-siswa diharapkan masuk ke kelas.
masuk ke kelas.
- Mereka itu. - Mereka-mereka itu.
- Mereka tendang-menendang. - Mereka saling tendang-
menendang.
- Suatu titik pertemuan atau titi pertemuan. - Suatu titik-titik pertemuan.
i. Pemakaian
unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menanadai bahasa
Indonesia baku
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Hari ini saya tidak dapat mengikut - Ini hari saya tidak dapat
pertemuan. mengikuti pertemuan.
- Anda dipanggil oleh kepala sekolah. - Situ dipanggil kepala sekolah.
- Dia mengatakan bahwa hari ini libur. - Dia bilang bahwa hari ini libur.
- Kepala sekolah memberi pengarahan - Kepala sekolah kasih
kepada semua siswa. pengarahan kepada semua
siswa.
- Ia berbuat begitu sangat sayang kepada - Ia bernuat gitu karena sangat
adiknya sayang kepada adiknya.
- Bagaimana cara belajar yang baik? - Gimana cara belajar yang baik?
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Hari ini saya tidak dapat mengikut - Ini hari saya tidak dapat
pertemuan. mengikuti pertemuan.
- Anda dipanggil oleh kepala sekolah. - Situ dipanggil kepala sekolah.
- Dia mengatakan bahwa hari ini libur. - Dia bilang bahwa hari ini libur.
- Kepala sekolah memberi pengarahan - Kepala sekolah kasih
kepada semua siswa. pengarahan kepada semua
siswa.
- Ia berbuat begitu sangat sayang kepada - Ia bernuat gitu karena sangat
adiknya sayang kepada adiknya.
- Bagaimana cara belajar yang baik? - Gimana cara belajar yang baik?
j. Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku
(EYD)
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- mesti - musti
- mungkin - mungking atau mumkin
- panitia - panitiya
- pihak - fihak
- asas - azas atau azaz
- teladan - tauladan
- hewan - khewan
- dipukul - di pukul
- tradisional - tradisionil
- universal - universil
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- mesti - musti
- mungkin - mungking atau mumkin
- panitia - panitiya
- pihak - fihak
- asas - azas atau azaz
- teladan - tauladan
- hewan - khewan
- dipukul - di pukul
- tradisional - tradisionil
- universal - universil
k. Pemakaian perisitilahan resmi
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- acak - random
- sahih - valid
- tataran - level
- perangkat - set
- masukan - input
- keluaran - output
- cendera mata - tanda mata
- peringkat - ranking
- kawasan - arena
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- acak - random
- sahih - valid
- tataran - level
- perangkat - set
- masukan - input
- keluaran - output
- cendera mata - tanda mata
- peringkat - ranking
- kawasan - arena
l. Pemakaian
kaidah yang baku
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Hal itu sudah kita pahami - Hal itu sudah dipahami oleh kita
- Ibu membelikan buku adik - Ibu membelikan adik buku
- Naik sepeda harap turun! - Pengendara sepeda diharap
turun.
Contoh :
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Hal itu sudah kita pahami - Hal itu sudah dipahami oleh kita
- Ibu membelikan buku adik - Ibu membelikan adik buku
- Naik sepeda harap turun! - Pengendara sepeda diharap
turun.
Ragam Bahasa Tulis dan
Bahasa Lisan
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
(1998) dinyatakan ada dua perbedaan yang mencolok mata yang dapat diamati
antara ragam bahasa tulis dengan ragam bahasa lisan, yaitu berhubungan dengan :
(1) suasana peristiwanya, dan (2) dari segi intonasi.
a. Dari segi suasana peristiwa
a. Dari segi suasana peristiwa
Jika menggunakan bahasa tulisan tentu saja
orang yang diajak berbahasa tidak ada dihadapan kita. Olehnya itu, bahasa yang
digunkan perlu lebih jelas, karena ujaran kita tidak dapat disertai dengan
isyarat, pandangan, atau anggukan, tanda penegsan di pihak kita atau pemahaman
di pihak pendengar kita. Itulah sebabnya kalimat dalam ragam tulis harus lebih
cermat. Fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, objek, dan hubungan antara
setiap fungsi itu harus nyata dan erat. Sedangkan dalam bahasa lisan, karena pembicara
berhadapan langsung dengan pendengar, unsur (subjek-predikat-objek) kadangkala
dapat diabaikan.Maka, jika ingin menjadi orang yang cermat dalam berbahasa
perlu menyadari bahwa kalimat yang Anda tulis berlainan dengan kalimat yang
Anda ujarkan karena bahasa tulis dapat dikaji dan dibaca oleh pembaca secara
langsung dan berulang-ulang. Oleh sebab itu, dalam menulis kalimat harus lebih lengkap,ringkas, jelas dan elok. Jika diperlukan, tulisan perlu
disunting beberapa kali agar dapat dihasilkan tulisan yang betul-betul
komunikatif bagi pembaca.
b. Dari
segi intonasi
Yang membedakan
bahasa lisan dan tulisan adalah berkaitan dengan intonasi (panjang pendeknya
suara/tempo, tingg- rendah suara/nada, keras lembut suara/tekanan) yang sulut
dilambangkan dalam ejaan dan tanda baca serta tata tulis yang dimiliki.Jadi,
kadangkala bahasa tulisan perlu dirumuskan kembali jika ingin menyampaikan
perasaan yang sama lengkapnya dengan ungkpan perasaan dalam bahasa lisan.
Walaupun ragam bahasa tulis lebih rumit namun demikian ragam ini mempunya
keistimewaan yang tidak dimiliki bahasa lisan seperti dimungkinkannya
penggunaan huruf kapital, huruf miring dan tanda kutip,paragraf atau
tanda-tanda baca lainnya.
Goeller
(1980) mengemukakan bahwa ada tiga karakteristik bahasa tulisan yaitu acuracy, brevety, clarity (ABC).
(a) Acuracy (akurat) adalah segala informasi atau gagasan yang dituliskan dapat
memberi keyakinan bagi pembaca bahwa hal tersebut masuk akal atau logis.
Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui keakuratan tulisan adalah
sebagai berikut :
(a) Acuracy (akurat) adalah segala informasi atau gagasan yang dituliskan dapat
memberi keyakinan bagi pembaca bahwa hal tersebut masuk akal atau logis.
Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui keakuratan tulisan adalah
sebagai berikut :
A. Apakah tulisan saya tidak menyampaikan
gagasan yang berlebihan?
B. Apakah saya telah memikirkan secra cermat
gagasan yang ada dalam tulisan ini?
C. Apakan saya telah mencek keseluruhan
tulisan ini sehingga tidak ada yang keliru?
(b) Brevety (ringkas) yang berarti gagasan tertulis yang disampaikan bersifat singkat
karena tidak menggunakan kata yang mubazir dan berulang, seluruh kata yang
digunakan dalam kalimat ada fungsinya.
karena tidak menggunakan kata yang mubazir dan berulang, seluruh kata yang
digunakan dalam kalimat ada fungsinya.
Contoh :
Tidak Ringkas
Untuk
memenuhi kekurangan ikan perlu ada
peningkatan produksi dengan jalan
meningkat-kan usaha penangkapan ikan segar supay kekurangan sebut dapat
dipenuhi.
meningkat-kan usaha penangkapan ikan segar supay kekurangan sebut dapat
dipenuhi.
Ringkas
Untuk
memenuhi kekurangan ikan, perlu peningkatan produksi melalui
penangkapan.
penangkapan.
Pertanyaan
yang dapat diajukan untuk mengetahui keringkasan tulisan adalah
sebagai berikut :
- Apakah saya telah menggunakan cara tersingkat dalam menyampaikan gagasan
dan pembaca dapat memahaminya dengan baik?
- Apakah ada kata-kata yang bisa dibuang tanpa mempengaruhi keutuhan makna
kalimat?
sebagai berikut :
- Apakah saya telah menggunakan cara tersingkat dalam menyampaikan gagasan
dan pembaca dapat memahaminya dengan baik?
- Apakah ada kata-kata yang bisa dibuang tanpa mempengaruhi keutuhan makna
kalimat?
(c) Claryty
(jelas) adalah tulisan itu mudah dipahami, alur pikirannya mudah diikuti
oleh pembaca. Tidak menimbulkan salah tafsir bagi pembaca.
Contoh :
Tidak Ringkas Ringkas
Siapa yang mengusutkan persoalan itu? Persoalan itu diusut oleh siapa ?
Siapa yang mengusutkan persoalan itu? Persoalan itu diusut oleh siapa ?
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk
mengetahui kejelasan tulisan adalah :
-
Apakah saya sendiri
mengerti dengan baik tulisan saya?
-
Apakah saya telah
memilih kata dan menyusun kalimat dengan cermat
Bahasa Indonesia yang
Baik dan Benar
Berbahasa
Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan tempat-tempat
terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan bicara, dan sesuai topik
pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu perlu beragam baku. Yang
perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam
yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa.
Adapun berbahasa
Indonesia yang benar adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah yang
berlaku dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain, pemakaian bahasa yang
mengikuti kaidah yang dilakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan
bahasa yang benar atau betul.
Jadi, terkadang
kita menggunakan bahasa yang baik, artinya tepat, tetapi tidak termasuk bahasa
yang benar. Sebaliknya, terkadang pula mungkin kita menggunakan bahasa yang
benar yang penerapannya tidak baik karena situasi mensyaratkan ragam bahasa
yang baku. Maka anjuran agar kita “berbahasa Indonesia dengan baik dan benar”
dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang
di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia
yang baik dan benar” , sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran (Depdikbud, 1988)
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ragam bahasa
adalah variasi bahasa menurut pemkaian, yang
berbeda-beda menurut topic yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
berbeda-beda menurut topic yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, lawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada
ragam bahasa baku tulis, dihapkan para penulis mampu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik & benar serta menggunakan bahasa yang telah
disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga
negara Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik
serta bertutur kata yang sopan sebagaimana pedoman yang ada.
B. Saran
Sebagai
warga Indonesia, sudah seharusnya kita semua mempelajari ragam bahasa yang kita
miliki, kemudian mempelajari dan mengambil hal-hal yang baik, yang dapat kita
amalkan dan kita pakai untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
· Alwi, Hasan,dkk.1998. Tata Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga .Jakarta
: Balai Pustaka.
· Effendi,S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta :
Pustaka Jaya.
· Sabariyanto, Dirgo. 1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan kalimat dalam
bahasa Indonesia.Yogyakarta : Mitra Gama Widya
· Faisal,M,dkk.2009.
Kajian Bahasa Indonesia SD 3 SKS.Jakarta
: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Langganan:
Postingan (Atom)